
Proses Panjang Film Merah Putih: One For All Dalam Penyelenggaraan di Bioskop
Sebagai salah satu sutradara ternama di Indonesia, Hanung Bramantyo memiliki pandangan kritis terhadap film animasi Merah Putih: One For All. Ia menilai bahwa proses pembuatan film tersebut tidak sepenuhnya jujur dan menimbulkan beberapa pertanyaan dari masyarakat.
Film yang tayang pada hari pertamanya di bioskop, Kamis (15/8/2025), mendapat perhatian khusus dari Hanung. Ia menyatakan bahwa kritik yang dilontarkan oleh netizen terhadap film tersebut adalah hal wajar. Namun, ia juga mengungkapkan kecurigaannya terkait proses produksi film ini.
Hanung menyebutkan bahwa ada kemungkinan terjadi ketidakjujuran dalam pembuatan film animasi bertema kemerdekaan ini. Ia memperhatikan bahwa kabar yang beredar menyebutkan bahwa film ini dibuat dengan anggaran sebesar Rp 6-7 miliar. Hal ini membuatnya merasa perlu untuk memberi peringatan kepada para kreator atau investor yang ingin terjun ke dunia perfilman, terutama film animasi.
Aturan dan Proses Penayangan Film di Bioskop
Hanung Bramantyo menjelaskan bahwa setiap jaringan bioskop memiliki aturan dan kriteria sendiri. Misalnya, XXI, CGV, Cinepolis, Platinum (Cineplex) memiliki standar tertentu untuk menerima film yang akan ditayangkan. Proses biasanya dimulai dengan produser atau sutradara mengirimkan surat kepada pihak bioskop untuk mengajukan film mereka.
Setelah surat dikirim, biasanya pihak bioskop akan memberikan jawaban terkait tanggal tayang sekitar tiga bulan kemudian. Jika produser menyetujui jadwal yang ditawarkan, langkah selanjutnya adalah mengirimkan file film ke pihak bioskop untuk pemeriksaan teknis. Pemeriksaan ini mencakup kualitas gambar, pencahayaan, suara, hingga memastikan tidak ada bagian yang rusak atau hilang.
Kritik Terhadap Film Animasi Merah Putih: One For All
Setelah menonton film tersebut, Hanung Bramantyo menganggap bahwa kritik netizen terhadap film ini adalah hal yang wajar. Namun, ia juga menyampaikan kekecewaannya terhadap pengelolaan dana yang tidak tepat sasaran. Menurutnya, uang sebesar 6 miliar bukanlah jumlah yang kecil dan harus digunakan secara proporsional.
Ia menilai bahwa film ini belum sepenuhnya selesai proses produksi dan pengerjaan, namun sudah dipaksakan tayang. Hal ini membuatnya merasa bahwa proyek film seperti ini terkesan sia-sia dan tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
Peringatan untuk Para Kreator dan Investor
Hanung Bramantyo memberikan peringatan bagi para kreator dan investor yang ingin terjun ke dunia film, terutama film animasi. Ia menekankan pentingnya memilih orang-orang yang memiliki passion dan kredibilitas di bidangnya. Ia juga menyarankan agar para investor lebih hati-hati dalam menginvestasikan uang mereka.
Menurutnya, investasi uang miliaran rupiah tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Setiap proyek film harus dikelola dengan baik dan profesional agar hasilnya sesuai harapan. Ia juga menilai bahwa film seperti Merah Putih: One For All dapat menjadi contoh buruk bagi industri film Indonesia jika tidak dikelola dengan benar.
Dengan kritik dan peringatan yang disampaikannya, Hanung Bramantyo berharap dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pelaku industri film di Indonesia. Ia percaya bahwa dengan kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi, industri film dapat berkembang lebih baik di masa depan.